Bu, disini banyak debu, bau.SAJAK DICULIK IBU-IBU
Karya: Norman Adi Satria
Tadi sepulang sekolah, seorang ibu-ibu
berhidung mirip jambu
menjemputku.
Katanya: “Anak manis, yuk ikut ibu.”
Aku ikut dia, Bu.
Katanya dia teman Ibu,
punya banyak mainan baru:
“Pasti kamu belum pernah tahu,
ada robot dari bambu.
Nanti ibu kasih buat kamu.”
Sampai di rumahnya
ternyata aku dikurung, Bu:
“Nak, tunggu di sini dulu.”
Lalu dikuncinya aku.
Hiii,
ada tikus lewat, Bu,
untung hanya lewat.
Mungkin dia takut waktu kubilang:
“Hei tikus, jangan ganggu,
awas ya, aku adukan ke temanku!
Tahu kau temanku?”
Tikus itu kabur,
padahal aku belum bilang siapa temanku.
Padahal maksudku Si Bayu,
temanku yang takut tikus itu.
Ibu-ibu itu membuka pintu:
“Nak, ini makan!
Ingat, harus dihabiskan!”
Kujawab: “Nggak mau!”
Dia mengancam:
“Hei, kalau tidak dihabiskan,
kamu makannya harus nambah!”
Aku takut, Bu…
Ibu kan tahu,
aku benci sayur labu.
Sesuap saja aku sudah ngilu,
apalagi disuruh nambah, Bu.
Bu, cepat jemput aku.
Aku tak mau melewatkan hari ulang tahunku.
Besok kan ulang tahunku yang ke tujuh.
Ya, sudah, Bu.
Aku sudahi surat ini dulu.
Empat dikali empat sama dengan enam belas,
sempat tidak sempat harus dibalas.
Tapi aku bingung,
bagaimana mengirim surat ini ke Ibu?
Aku kan sedang dikurung.
Ah, tenang, kata Bapak:
Tuhan itu Maha Tahu.
Yang penting satu masalah sudah beres,
sayur labu itu sudah aku kasih ke tikus.
Wuuu, dia makan dengan rakus.
Jakarta, 16 Oktober 2013
Kumpulan Puisi Norman Adi Satria
0 komentar:
Posting Komentar