Ketika kendaraan yang aku tumpangi berhenti akibat desakan dari lampu merah, pada saat itu aku mendengar suara yang meluluhkan hatiku. Suara yang begitu indah kedengaran masuk ke dalam selaput gendang telinga ku, tak kusangka suara itu berasal dari seorang pengamen jalanan. Pengamen yang identik dengan penampilan yang bajunya compang-camping, robek sana, robek sini. Tetapi aku takjub melihat mereka. Seorang seniman yang nasibnya kurang beruntung.
Sehabis melihat pengamen itu, aku langsung menuju ke kediaman Akmal.
“Cika, tadi aku mendengar suara seseorang yang sangat menusuk sukma jantungku,”
“Memangnya suara macam apa yang dapat membuat hatimu menjadi luluh begitu, kamu saja tidak punya hati”
“Suaranya si pengamen, pasti kamu tidak percaya kan?” Sambil meminum kopi, milik Akmal.
“hahaha, percaya saja lah, daripada membuat mu menjadi gelisah memikirkan sih pengamen itu” dengan nada menyindir.
“Begini saja, kalau kamu tidak percaya, ikut denganku, mari kita dengar sama-sama suara cewek itu”
Kami berdua pun langsung menuju ke tempat yang di maksud, yaitu pertigaan lampu merah, di mana terdapat si seniman itu. Kami mematai-matai mereka dari kejauhan, tak lama kemudian datang seorang laki-laki berkumis tebal, berwajah garang, dan memberikan mereka makanan dan langsung pergi. Setelah laki-laki itu pergi, kami berdua langsung menghampirinya
Petemuan yang pertama itu kami memulai dengan saling bertukaran nama, ternyata nama si cewek itu Widi, dan si cowok bernama ariel.
“Inilah hidup, semua serba susah, bahkan kami pun harus mencari nafkah dengan cara ngamen seperti ini.” Kata Widi sambil menawarkan makanan kepada kami berdua “Yang jelasnya hidup ini di nikmatin saja supaya tidak bikin pusing.” Sambung ariel.
“Tadi laki-laki yang kasih kalian makan, itu siapa yah?”
“oh, yang tadi itu adalah laki-laki kejam, tidak bermoral, dan yang merampas kehidupan kami.” Dialah yang membuat kami menjadi seperti ini, dia adalah bapak kami sendiri”. kata Ariel sampai meneteskan air mata, Tak kusangka “Bagaimana kalau kalian lari dari tempat ini dan ikut saja bersamaku, kita berempat akan menjadi teman, karena kalian mempunyai kemampuan musik yang luar biasa, aku ingin banyak belajar dari kalian.” Kataku kepada kedua orang pengamen itu.
Ketika mereka mengiyakan ajakan dari aku, dan berniat untuk tinggal bersamanya. Tiba-tiba sosok laki-laki garang itu datang ke arah kami, berlari secepat kilat ke arah kami berempat. Seakan seperti melihat dan di kejar oleh anjing pemburu, kami pun spontan langsung berlari, sampai-sampai kami tidak sadar kalau laki-laki yang mengejar kami itu sudah dalam keadaan yang tidak bernyawa lagi akibat tertabrak mobil yang telah di kirimkan tuhan kepada kami sebagai dewa penyelamat.
Setelah kejadian yang mengasyikkan itu, aku melihat sebuah poster besar yang bertuliskan acara festival musik akbar. Kami berunding untuk membuat sebuah band dan ketika sudah terbuat band nya, kami langsung mendaftarkan band yang telah kami buat itu, band yang akan mengguncang dunia pada saat waktunya. Tiba waktu untuk band kami tampil. Lutut gemetaran, mata memerah, wajah pucat. Itulah yang kurasakan.
Satu minggu setelah pertunjukan band kami yang menegangkan itu, ternyata kami dapat pesan singkat dari nomor yang baru masuk ke dalam hp si Akmal, ternyata band kami menang dalam acara itu. Tak kusangka, inilah permainan ada yang kalah dan ada yang menang. Terima kasih tuhan, telah mengirimkan teman yang dapat membuatku menang.
Cerpen Karangan: Aan
0 komentar:
Posting Komentar