Translate

cerpen penculikan

Written By iqbal_editing on Sabtu, 01 April 2017 | 16.03

Malam ini hujan turun dengan derasnya, membuat malam yang dingin menjadi lebih dingin lagi. Rasanya sangat enak jika malam ini makan bakso lalu tidur. Namun, aku yang malang ini, masih saja berkutat di dengan komputer di ruang kerjaku. Edisi akhir bulan. Mau diapakan lagi?
“Ni, lu masih lama? Gue duluan yah?” Pamit Dea, teman satu ruanganku. Aku hanya menggumam dan mengangguk. “Eh, Ni. lu jangan malam-malam lho pulangnya. Tadi pagi gue baca berita di Internet, ada pembegalan di persimpangan dekat kantor kita. Hati-hati lu, lu kan naik motor.” “Thanks, De.” Jawabku.
Akhirnya Dea pun pulang. Ah.. Hanya aku yang tersisa di kantor ini. Sepi sekali rasanya. Agak merinding juga aku sendirian di kantor sebesar ini. Aku pun fokus dengan pekerjaanku agar bisa cepat pulang. Beruntungnya hujan sudah mulai reda sehingga aku bisa pulang dengan motor kesayanganku ini.
Jalan yang aku lalui sangat sepi. Sudah jam 9 malam saat aku ke luar kantor tadi. Di depan mataku adalah persimpangan jalan yang tadi Dea bicarakan. Jalan yang aku lalui ini memang gelap dan sepi, apalagi saat malam begini. Aku pacu dengan cepat motorku. Tiba-tiba…
Sring…
Aku melihat cahaya yang sangat silau dari arah berlawanan. Saking silaunya membuatku hilang konsenstrasi dan terjatuh. Kemudian aku melihat segerombol orang yang mengerubungiku.
“Wah, dapet mangsa cewek kita..” Kata si berbadan tinggi besar. “Kita apain nih enaknya?” Sahut si kurus. “Apa-apaan kalian..?! Kalau kalian berani macam-macam, aku akan telepon polisi..!!” Sontak mereka tertawa terbahak-bahak. “Polisi?!” Jawab si kurus “Kamu sudah ada dalam genggaman kita, Neng, menyerah sajalah dan bermain-main dengan kita..”
Aku bangkit dan mencoba melarikan diri. Namun mereka menahanku. Sekuat tenaga aku melawan, namun apa dayaku yang berbadan kurus begini. Tiba-tiba aku merasakan sakit di tengkukku dan semuanya menjadi gelap.
Saat tersadar, aku berada di ruangan yang gelap bersimpuh di tanah. Kulihat sekelilingku, sepertinya ini gudang. Bau cat kayu merebak. Mungkin aku ada di gudang pabrik cat kayu yang ada di dekat kantorku. Memang tidak jauh dari kantorku ada pabrik cat kayu yang masih aktif sampai sekarang.
Aku bangun dan berusaha mencari jalan ke luar. Aku cari jendela, celah, atau apa pun yang bisa mengeluarkanku.
Ah, akhirnya aku menemukannya. Jendela itu sangat tinggi. Aku harus memanjat dulu. Tapi aku tidak menyerah. Sebisa mungkin aku meminimalisir suara yang kubuat, sehingga tidak terdengar ke luar. Kemudian aku panjat… dan Hap! Aku melompat ke luar. Di sekelilingku adalah kebun yang rindang dan tidak terurus. Aku harus melewati kebun ini untuk sampai ke jalan raya dan memohon pertolongan.
Namun… DUAR! Ada peluru yang hampir mengenaiku, meleset mengenai pohon di sekitarku. Aku rasa aku sudah ketahuan. Aku pun berlari dengan kencang menerjang kebun yang dipenuhi pohon-pohon besar dan rindang itu. DUAR… DUAR… DUAR… Suara itu terus mengiringi pelarianku. Kemudian aku mendengar suara derap langkah lari di belakangku. Ah tidak, mereka mengejarku sambil terus menembakiku.
DUAR… DUAR… DUAR…
Baku tembak terus kudengar. Staminaku mulai habis. Aku mulai kelelahan berlari. Aku pun bersembunyi di balik semak-semak sambil melawan rasa panik dan ketakutanku. Aku mendengarnya. Suara derap kaki itu.
“Kemana dia?”. “Dia pasti bersembunyi di sekitar sini.” “Itu bagus, Ini akan semakin menarik.” “Ayo kita cari dia!” Kemudian mereka pun pergi. Aku sama sekali tidak tahu, berapa orang yang mencariku dan siapa mereka semua. Aku memaksakan diri ke luar dari tempat persembunyianku dan kembali berlari.
Aku hampir sampai di jalan utama. Yay! Aku berhasil! Aku akan berlari lagi dan meminta pertolongan kepada orang yang lewat. Saat aku sampai di jalan raya…
DUAR…
Suara tembakan kembali hampir mengenaiku. Aku pun berlari menelusuri jalan raya. Berharap ada orang yang lewat atau bisa aku temui. Kemudian aku melihat orang berjalan di depanku. Aku berlari dengan cepat sambil memanggilnya.
“Pak…! Tolong saya Pak…! Saya diculik!” Orang itu pun berbalik, melihat ke arahku dan menyeringai. Dan digenggamannya, ada senjata pematik api yang sangat besar…
Cerpen Karangan: Keykalian

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik