Pagi hari yang cerah, burung-burung berkicauan, udara yang segar, sungguh indah pagi ini. Tetapi tak seindah kehidupan gadis bernama Reynata Velaria. Gadis yang sering disapa Reyna ini selalu mencium aroma khas obat-obatan, Reyna memang menderita penyakit kanker otak sejak kecil. Hidupnya sungguh miris, di satu sisi dia harus berjuang melawan penyakitnya tetapi di sisi lain dia adalah korban broken home. Selama ini Reyna tinggal bersama mama nya, beruntung mama Reyna adalah wanita karir hebat yang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan merawat anaknya.
Reyna menderita penyakit kanker otak sejak dia berumur 10 tahun hingga sekarang umurnya 15 tahun. Papanya pergi dengan wanita lain entah bagaimana itu bisa terjadi. Saat ini Reyna terbaring lemah di kamar rumah sakit, tak ada yang bisa dilakukannya selain menonton televisi yang memang sudah disediakan.
“Selamat pagi Reyna” ucap dokter cantik menyapanya.
“Pagi juga bu dokter yang cantik” senyuman yang indah selalu terukir di bibirnya, seperti biasa dokter yang selalu dipanggil Reyna ‘Dokter Cantik’ ini selalu memeriksanya setiap pagi.
“Dokter cantik, Reyna boleh minta sesuatu?” tanya Reyna saat dokter cantik telah selesai memeriksanya.
“Boleh, apa?” ujar dokter cantik tersenyum.
“Aku ingin melihat taman di belakang rumah sakit ini, boleh kan dokter? kumohon” ucap Reyna dengan nada memelas.
“Tapi Reyn, kondisi..” Reyna memotong perkataan dokter cantik.
“Reyna mohon dokter, hanya sekali ini saja” suaranya yang parau dengan nada memelas siapapun yang melihatnya pasti terenyuh.
“Baiklah, tapi hanya sekali ini saja ya?” Reyna mengangguk, dokter cantik membawa Reyna keluar menggunakan kursi roda.
Terlihat jelas senyum mengembang yang tak henti-hentinya dari bibir Reyna meskipun wajahnya terlihat pucat. Udara segar yang selama ini dirindukannya, bunga-bunga yang bermekaran, oh sungguh indah pagi ini.
‘kriingg kriing’ suara ponsel dokter cantik berbunyi. “sebentar ya Reyn”
dokter cantik mengangkat teleponnya.
“Reyna, dokter tinggal sebentar tidak apa-apa?” tanya dokter cantik setelah menerima telepon, Reyna mengangguk.
“Tidak apa-apa dokter, aku kan bukan anak kecil lagi” jawab Reyna, dokter cantik tersenyum.
“Baiklah Reyna, hati-hati jangan jauh-jauh ya” pesan dokter cantik seperti orangtua yang menasehati anaknya. Reyna mengangguk dan dokter cantik akhirnya pergi meninggalkan Reyna.
“Hai” sapa Reyna, pemuda itu membalas senyuman.
“Aku Reyna, kamu siapa?” tanya Reyna mengulurkan tangannya.
“Bisma” jawab pemuda yang bernama Bisma itu membalas uluran Reyna, lalu melepaskannya lembut.
“Kamu sakit?” tanya Bisma memperhatikan Reyna.
“Memang iya, kenapa?” tanya kembali Reyna.
“Kalau aku tak sakit, tak mungkin aku disini dan memakai kursi roda” lanjutnya.
“Hidupmu mungkin tak semiris hidupku”
“Kenapa kamu berbicara seperti itu?” tanya Bisma mengerutkan keningnya.
“Aku cewek berpenyakitan, tak punya teman, orangtua ku sudah lama bercerai” Sebulir airmata menetes di mata indah Reyna yang membasahi pipi indahnya itu.
“Jangan berbicara seperti itu, aku mau jadi temanmu” ucap Bisma tersenyum, Reyna membalasnya dengan tersenyum juga dan menghapus airmatanya.
“Terima kasih, teman”
February 30
Semenjak Reyna bertemu dengan Bisma hidupnya terasa seperti dulu lagi, canda tawa tak pernah lepas dari kehidupan Reyna.
“Reyn, mau ku tunjukkan sesuatu?” ucap Bisma saat di taman belakang rumah sakit.
“Aku mau, apa itu Bisma?” tanya Reyna.
“Ayo ikut aku” ajak Bisma menarik tangan Reyna, sekarang Reyna tidak memakai kursi roda lagi bahkan kondisi Reyna semakin membaik.
Bisma mengajak Reyna ke suatu bukit bunga yang sangat indah, terlihat matahari akan segera terbenam.
“Wow, indah sekali Bisma” ucap Reyna terpesona.
“Ayo duduklah sini” ucap Bisma, Reyna duduk di sebelah Bisma dengan kaki ditekuk.
“Matahari terbenam sebentar lagi” mata mereka berdua tertuju pada pemandangan indah berwarna orange di hadapannya.
“Indah sekali” ucap Reyna, mereka melihat sunset berdua. Sungguh seperti pasangan kekasih.
“Terima kasih, Bisma” ucap Reyna memandang mata Bisma lekat-lekat.
“Untuk apa?” tanya Bisma.
“Terima kasih untuk semuanya” Bisma tersenyum, dan akhirnya mereka terhanyut dalam suasana
– Tamat –
0 komentar:
Posting Komentar