Translate

naskah drama kesehatan

Written By iqbal_editing on Jumat, 14 April 2017 | 08.59

Naskah Drama Kesehatan



by: InNa CH
Nama Tokoh
·         Nina
·         Yuli
·         Ibu Irma
·         Ibu Sitti
·         Anni
·         Dokter Sain
·         Dokter Arha
·         Suster
·         Bi Surni
Uang Tak Memiliki Arti
Banyak yang mengatakan bahwa kesehatan itu sangat mahal harganya. Namun, tak banyak pula yang menyadari akan hal tersebut.
“Siang itu, Sepulang kuliah”
Nina                : “Aku pulang!!” (Teriak Nina sambil berlari masuk ke kamarnya)
Ibu Irma          : (Dengan nada membujuk) “Kamu sudah pulang??, langsung makan siang yah!! Mama udah nyiapin makan siang buat kamu. Mama gak bisa nemenin kamu makan, soalnya mama harus balik ke kantor lagi.”
“Brum… brum… suara mobil yang menandakan mama Nina telah pergi.”
Nina               : (Masih dalam kamar, berdiam diri sambil menggerutu dalam hati) “Selalu saja begitu. Tiap kali aku pulang, pasti dia keluar. Apa tak ada waktu untuk aku, walau sejenak menemaniku makan siang?”
Terus menggerutu dalam hati hingga akhirnya ia tak sadar dan tertidur lelap, dan lupa dengan makan siangnya. “Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 16.35 Ibu Nina telah pulang dari kantor.”
Ibu Irma          : “Nina, Mama pulang… Nih mama, beliin kamu makanan kesukaan mu. Mama simpan di atas meja makan yah sayang!!!”
Nina terbangun dari tidurnya saat mendengar suara mamanya memanggilnya. Namun, saat tiba di ruang makan, ia hanya menemukan kotak makan dengan selembar kertas yang berisi tulisan “Mama pergi dulu yah nak, Beberapa hari kedepan mama sibuk. Jadi, kemungkinan tidak pulang ke rumah.”
           Sedikit kecewa, Nina tak ingin memakan makanan yang telah dibelikan oleh Ibunya. Namun perutnya tidak bisa di ajak kompromi dan akhirnya Nina pun memakan nasi kotak yang telah dibelikan oleh ibunya.
“Kringgg….. Kringgg…. Kriinnggg………” Suara telepon rumah Nina bordering, dengan ketergesaan Nina mengangkat telepon.
Nina               : “Halo… selamat sore, dengan siapa disana??”
Yuli                    : “Ini aku Yuli, Nin... hm, kamu lagi apa?”
Nina                   : “Oh, kamu YuL.. kenapa?? Tumben nelfon kesini?? Aku lagi makan nih..”
Yuli                    : “Tadi aku telepon ke HP kamu, tapi gak aktif. Aku mau ajak kamu  besok ke suatu tempat.”
Nina                   : “Kemana??”
Yuli                    : “Ke rumah teman”
Nina                   : “Dimana?? Trus ngapain??”
Yuli                    : “Akh, kamu banyak nanya deh. Intinya besok jam 10 pagi kamu udah harus siap nemenin aku. Okaayyy…!!!”
Nina                   : “Okkay.. tapi besok kamu jemput aku yah.. mobil lagi dipakai sama mama tuh.”
Yuli                    : “Okay, besok pagi aku jemput jam 10 teng. Gak boleh telat.”
Nina                   : “Siipp…!!!”
Keesokan harinya, Yuli mengajak Nina ke rumah Anni. Anni seorang gadis mungil yang mengidap penyakit hati. Dan ia telah di vonis oleh dokter bahwa hidupnya tak lama lagi. Namun, ia tetap semangat dalam menjalani sisa hidupnya.
“Tok.. tok… tok…. Assalamu Alaikum… Anni… Anni”
Ibu Sitti              : “Walaikum Salam. (sambil membuka pintu) eh nak Yuli.. silahkan masuk nak.”
Yuli                    : “Ia makasih Tante, maaf pagi-pagi udah ganggu. Saya mau bertemu dengan Anni tante”
Ibu Sitti              : “Ouh, silahkan masuk nak… Anninya ada di dalam kamar”
Yuli                    : “Iia tante, makasih”
“Menuju ke kamar Anni di lantai 2, Nina pun bertanya siapa gerangan Anni pada Yuli”
Nina                   : “Eh.. kamu belum cerita. Anni itu sapa?? Kamu kenal dimana dia??”
Yuli                    : “Nanti kamu akan tau sendiri siapa dia. Yang jelas aku ajak kamu kesini itu punya tujuan. Dan moga-moga ajah kamu bisa ngerti tujuan ku ajak kamu ketemu dengan Anni.”    
Nina masih bingung dengan ucapan Yuli, tapi ia tetap melangkahkan kakinya mengikuti Yuli menuju kamar Anni.
Yuli                   :“Assalamu Alaikum Anni..” (sambil merekahkan senyum manis diwajahnya)
Anni                  :“Walaikum Salam kak..” (Terlihat kegembiraan di wajah mungilnya dengan kedatangan Yuli)
Yuli                   : “Duh.. Adik kakak lagi ngapain nieh?? Hm, coba tebak kakak bawa apa buat kamu??”
Anni                  : “Lagi menggambar kak.. Hm, apa kah gerangan yang kakak bawa untukku” (dengan wajah penasaran)
Yuli                   : (Dengan menyodorkan sebuah bungkusan kecil yang berisi crayon untuk mewarnai, mengingat Anni sangat suka menggambar. Maka, Yuli pun membelinya untuk Anni) “Nieh sayang kakak bawain kamu pewarna untuk gambaran kamu, biar gambarnya makin bagus”
Anni                  : (Tampak pada wajah mungil Anni kebahagiaan yang tak terhingga) “Wah.. Makasih yah kak!!”
“Setelah menerima pemberian dari Yuli, Anni kemudian menanyakan siapa perempuan yang berdiri di belakangnya.”
Anni                 : “Kak Yuli, dia siapa??” (sambil menunjuk kearah Nina)
Yuli                  : “Ouh, iya kakak lupa. Kenalin ini temen kakak, namanya kak Nina”
Nina                     : “Halo sayang.. nama kakak, Nina. Nama kamu siapa??” (Sambil mengulurkan tangan)
Anni                     : “Halo kak, aku Anni.. senang kenal dengan kakak” (membalas uluran tangan Nina)
Sedang asik mengobrol dan bermain dengan Anni, tiba-tiba Ibu Anni menghampiri kamar Anni dan berpamitan dengan Yuli, Nina dan anaknya Anni.
Ibu Sitti            : “Sayang, mama berangkat kerja dulu yah!!” (Tak lupa mendaratkan kecupan di kening Anni)
Anni                  : “Iia ma.. mama hati-hati yah di jalan”
Ibu Sitti            : “Dek, tante pamit dulu yah.” (Tersenyum)
Yuli                   : “Iyaa tante, selamat bekerja”
Ibu Sitti            : “Ouh iiya, tante udah masakin makan siang buat kalian, jadi kalian bisa makan siang bareng..!! yah udah tante pergi yah.” (dan berlalu meninggalkan Anni, Yuli, dan Nina)
Yuli dan Nina   : “Iiya Tante, makasih”
Selepas kepergian ibu Anni, mereka bertiga melanjutkan bermain. Karena keasikan main, Anni kelelahan dan jatuh pingsan. Namun Nina menyadari akan hal tersebut, maka ia pun bergegas mengangkat Anni ke tempat tidur, karena panik Nina tak tau harus berbuat apa. Dan berteriak memanggil Yuli.
Nina                : “Yuliiiiii…………..” (dengan nada panik)
Yuli                   : (Yuli yang sedang ke ruang makan untuk mengambilkan Anni makanan berlari kearah kamar Anni dengan panik karena teriakan Nina) “Ada apa Nin..??”
Nina                  : “Aku gak tau, tiba-tiba Anni pingsan.. dan aku gak tau mesti ngapain”
Yuli                   : “Udah kamu jangan panik gitu, sekarang kamu ke bawah ambilin aku air di gelas dan makanan yang udah aku siapin buat Anni”
Tanpa mengucap sepatah katapun, Nina bergegas menuju ruang makan, dan mengambil apa yang telah di minta oleh Yuli.
Nina                    : “Nieh Yul…” (sambil menyerahkan segala kebutuhan Anni)
Yuli                      : “Kamu taruh diatas meja, lalu tolong kamu ambilin aku obat yang ada didalam laci lemari Anni” (perintah Yuli)
Nina                     : “Nieh obatnya” (menyerahkan kotak obat) “Sebenarnya Anni sakit apa she?? Kenapa sampai seperti  ini??”
Yuli                      : “Udah, kamu jangan panik, Anni gak apa-apa kok. Dia udah biasa seperti ini”
Setelah menyuntikkan obat peredah rasa sakit kedalam infus Anni, akhirnya Anni pun tersadar dan tersenyum. Sambil melihat ke arah Nina
Anni                : “Kakak kenapa??”
Nina                : (Dengan nada gemetar) “Kakak panik sayang..”
Anni                  : “Kakak gak usah panik, aku gak apa-apa kok” (masih merekahkan senyum di wajah lugunya dan menggenggam tangan Nina)
Nina                  : “Tapi kakak…”
Belum sempat Nina menyambung omongannya, Anni memotong omongan Nina. Masih terus merekahkan senyum manis, Anni menenangkan Nina.
Anni                   : “Kakak jangan panik seperti itu, Anni gak apa-apa kok. Tadi cuman kecapean saja”
Yuli                    : “Udah, tadi kak Nina cuman syok sayang. Soalnya baru pertama kali liat kamu seperti itu. Sekarang kamu makan dulu baru minum obat setelah itu kamu istirahat yah!!”
Anni                   : “Iyaa kak..”
Nina                   : “Biar aku yang suapin yah Yul…”
Yuli                    : “Yah udah…”
Setelah makan dan meminum obat, Anni pun tertidur pulas.
Yuli                    : “Nin.. Kita ngobrol di ruang tamu yuk!!”
Nina                   : “Okay..”
Yuli                    : “Anni mengidap penyakit hati, dan dia telah di vonis oleh dokter tidak akan bertahan lama”
Nina                   : “Apa…??” (terkaget) “Anak sekecil itu mengidap penyakit separah itu??”
Yuli                    : “Iiya, memang rasanya sangat tidak adil. Namun itu kuasa Tuhan”
Nina                   : “Tapii….”
Yuli                    :“Tapi apa?? takdir Tuhan tak ada yang bisa merubah. Kita hambanya hanya bisa menjalani dan melaluinya saja.”
Nina                   : “Iiiya tapi, ini benar-benar tidak adil buat Anni”
Yuli                    : “Dulu, aku juga berpendapat sama dengan mu. Namun kembali lagi, semua kehendak Tuhan. Saat pertama kali aku mengenal Anni, aku sungguh terharu bahkan meneteskan air mata saat melihat kebesaran hati yang ia miliki. Iia tidak pernah menyalahkan takdir, bahkan ia selalu bersyukur dengan apa yang dia miliki saat ini. Dan ibu Sitti adalah seorang ibu yang berhati besar, iia terus berusaha untuk membahagiakan Anni seorang diri, semenjak 6 tahun yang lalu ayah Anni meninggal karena kecelakaan maka ibunya lah yang terus berusaha membesarkan Anni dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.”
Nina                   : “Lalu sejak kapan Anni mengidap penyakit itu??”
Yuli                    : “Enam bulan yang lalu..”
Nina                   : “Jadi sudah enam bulan, Anni menahan rasa sakit seperti ini??”
Yuli                    : “Iya, dan hampir enam bulan pula dia tidak pernah mengeluh sedikit pun. Begitupun dengan ibunya, ibunya terus berusaha mencari uang untuk kesembuhan Anni.”
Nina                   : “Lalu, ketika ibunya keluar rumah mencari nafkah. Siapa yang menemani Anni kalau kita tidak ada??”
Yuli                    : “Anni mempunyai pengasuh bernama Bi Surni, tapi hari ini beliau tidak bisa datang karena ada urusan keluarga. Makanya semalam ibu Sitti meminta tolong kepada ku untuk menjaga Anni hari ini.”
Nina                   : “Lalu kamu mengenal mereka darimana??”
Yuli                    : “Kamu ingat waktu kita KOAS??”
Nina                   : “Iya…”
Yuli                    : “Salah satu pasien yang ku tangani dulu bersama dokter Sain yaitu Anni. Hati saya tersentuh saat melihat semangat hidup yang di miliki Anni saat itu. Dan kemudian aku pun memutuskan untuk terus menangani Anni sebisa ku.”
Karena asik ngobrol, tak terasa waktu menunjukkan pukul 17.00 ibu Sitti pulang dari tempat kerja.
Ibu Sitti           : “Assalamu alaikum…” (suara ibu Sitti dari luar rumah)
Yuli                 : “Walaikum salam…”
Ibu Sitti            : “Maaf yah, tante telat pulangnya. Tante jadi gak enak ngerepotin kalian”
Yuli                 : “Gak apa-apa kok tante, di rumah juga kami gak ada kegiatan.”
Nina                  : “Iya tante, kami gak merasa kerepotan kok. Malah aku senang bisa bermain dengan Anni”
Ibu Sitti            : “Makasih yah Dik.. tante jadi gak tau mesti ngomong apa..” (sambil tersenyum) “O yah… tadi dokter Sain menelfon tante, katanya besok Anni harus cek up ke rumah sakit.”
Yuli                   : “Ouh gitu yah tante?? Yah sudah biar besok kami menemani tante ke rumah sakit. Karena kebetulan besok kami mau ke rumah sakit juga menemui dokter Sain”
Nina                  : “Iya tante, biar kami temenin ke rumah sakit.”
Ibu Sitti            : “Terima kasih sebelumnya yah dik. Tante gak tau mesti membalasnya seperti apa.”
Nina                  : “Kami senang kok tante bisa ngebantu tante dan Anni. Lagian Anni sudah kami anggap sebagai adik kami sendiri. Iya kan Yul..??”
Yuli                   : “Iya tante..”
Ibu Sitti            : “Sekali lagi terima kasih yah dik”
Yuli                   : “Iya tante, kami juga mengucapkan terima kasih. Udah ngizinin kami menjaga Anni hari ini. O yah, tadi Anni sempat drop, tapi tante gak usah khawatir. Kami sudah memberinya obat, dan sekarang Anni sedang tertidur pulas. Hm, kami juga ingin pamit pulang tante. Udah sore.”
Nina                  : “Iya tante saya pamit pulang dulu, dan titip salam buat Anni.”
Ibu Sitti            : “hati-hati yah dek.”
Yuli dan Nina   : “Iya tante, kami pamit dulu. Assalamu alaikum”
Ibu Sitti            : “Walaikum salam.”
Keesokan harinya. Di Rumah Sakit Bakti Bunda. Nina dan Yuli menemui dokter Sain.
Nina                : “Selamat pagi Dok.”
Dokter Sain     : “Selamat pagi, silahkan duduk dokter Yuli”
Yuli                 : “Terima kasih dokter”
Dokter Sain     : “Dokter Yuli.. Bagaimana perkembangan dari pasien Anni??”
Yuli                   : “Sampai detik ini, perkembangannya lumayan membaik, karena semangat hidup yang dimiliki oleh Anni keadaannya sudah mulai sedikit membaik. Namun, tak jarang dia juga mengalami drop saat kecapean Dok.”
Dokter Sain      : “Ouh seperti itu?? Penyakit yang di alami oleh Anni, cukup parah. Dan dia membutuhkan penanganan yang maksimal. Maka dari itu Anni butuh Dokter khusus untuk menangani penyakitnya. Dan saya sudah mempercayai dokter Arha untuk menanganinya. Mungkin siang ini dokter Arha akan tiba dari Jakarta.”
Tiba-tiba seorang suster datang…
Suster                : “Maaf Dok, pasien di kamar Mawar mengalami drop yang cukup drastis. Dan butuh penanganan sekarang juga!!”
Dokter Sain      : “Baik, kami akan segera kesana.. dan tolong pasien di bawa ke ruang ICU sekarang juga!!”
Suster                : “Baik dok.”
Yuli                   : “Dok, itu kan ruangan dimana Anni di rawat.”
Dokter Sain      : “Semoga tak terjadi apa-apa dengan Anni.”
Sesampainya di ruang ICU
Dokter Arha     : “Selamat Siang dok.”
Dokter Sain      : “Siang, sejak kapan kamu berada di ruangan ini??”
Dokter Arha     : “Baru saja dok, tadi waktu menuju ke ruang dokter. Saya mendengar nama Anni saat anak ini di larikan ke ruang ICU dan saya teringat dengan kata dokter, bahwa saya harus menangani pasien bernama Anni. Makanya saya langsung menuju ke ruang ICU.”
Dokter Sain      : “Okay, tindakan apa yang harus kita lakukan sekarang Dokter Arha??”
Dokter Arha     : “Seperti yang kemarin saya katakan Dok, kita harus berani mengambil tindakan yang beresiko. Mau tidak mau kita harus melakukan pencangkokan hati terhadap pasien, hanya itu satu-satunya jalan untuk menolong pasien.”
Dokter Sain      : “Lalu berapa persen kemungkinan kesembuhan bagi pasien dengan pencangkokan hati??”
Dokter Arha     : “Hanya 60% Dok.!!”
Dokter Sain      : “Kalau begitu kita perlu persetujuan dari keluarga pasien!!”
Di luar ruangan Ibu Sitti tak berhenti mendoakan kesebuhan anaknya.
Nina                  : “Sabar yah Tante, saya yakin Anni pasti bisa melawan rasa sakitnya. Anni adalah anak yang kuat dan tegar” (Nina berusaha menenangkan ibu Sitti)
Ibu Sitti            : “Saya tau itu dik, selama Anni sakit. Tak sedikitpun keluhan yang ia lontarkan, meskipun tante tak pernah selalu bisa menemaninya. Iia selalu mengerti dengan kondisi tante yang terlalu sibuk mencari nafkah untuk kehidupan kami selanjutnya.” (Dengan linangan air mata)
Tak lama kemudian dokter Arha keluar dari ruang ICU untuk meminta persetujuan dari ibu Sitti akan kesediaannya untuk operasi Anni. Namun ibu Sitti tak sanggup berkata apa-apa, dikarenakan. Anni pernah berpesan padanya, apapun kejadiannya nanti. Ia tak ingin di operasi, baginya itu hanya membuang-buang uang dan waktu saja. Toh bagaimanapun cepat atau lambat kita akan kembali pada Sang Maha Pencipta.
Dokter Arha     : “Maaf bu, kami dari tim medis ingin meminta persetujuan dari ibu untuk tindakan operasi pada Anni.”
Ibu Sitti            : “Tapi, Anni pernah berpesan kepada saya dok. Kalau dia tak ingin di operasi.”
Dokter Arha     : “Semua tergantung pada ibu. Kami hanya mengupayakan kesembuhan dari Anni.”
Ibu Sitti            : “Kalau pun di operasi, kemungkinan kesembuhan untuk Anni brapa persen dok??”
Dokter Arha     : “Kami akan mengusahan semaksimal mungkin bu. Tapi jika di lihat dari kondisi Anni saat ini, kemungkinannya hanya 60%”
Ibu Sitti            : “Apa saya bisa bertemu dengan Anni dok??”
Dokter Arha     : “Silahkan Bu.. Kami menunggu keputusan ibu secepatnya!!”
Di dalam ruang ICU
Anni                  : (melihat ibunya menangis) “Mama kenapa nangis?? Aku baik-baik saja kok!!”
Ibu Sitti            : “Iya nak, mama gak nangis kok. Mama hanya terharu melihat perjuangan Anni melawan penyakit Anni saat ini.” (Menahan air mata)
Anni                  : “Maa.. Anni bisa bertemu dengan kak Yuli dan kak Nina??”
Ibu Sitti            : “Iya sayang, tunggu sebentar yah. Biar mama panggilkan kak Yuli dan kak Nina”
Tak lama kemudian.
Yuli dan Nina   : “Hey sayang.. gimana keadaan kamu sekarang??” (Menahan air mata)
Anni                  : “Aku baik-baik saja kok kak. Jangan ada yang sedih yah!!”
Nina                  : “Iyah sayang, kami gak sedih kok. O yah.. kakak udah beliin kamu kanvas dan kuas untuk melukis. Jadi kamu harus sembuh yah sayang. Biar nanti kita melukis sama-sama..” (tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca)
Anni                  : “Iya kak. Makasih.. kak, aku mau ngomong sesuatu ke kakak.!!”
Nina                  : “Apa dik??”
Anni                  : “Kemarin kak Yuli bercerita ke aku tentang kakak. Aku cuman mau bilang, bagaimanapun kesibukan Ibu kakak. Kakak gak boleh marah atau membenci ibu kak Nina. Saya yakin ibu kak Nina punya alasan mengapa seperti itu.”
Nina                  : “Iya sayang. Kakak janji tidak akan marah atau membenci ibu kakak. Sesibuk apapun dia kakak yakin ibu punya alasan dengan itu semua”
Anni tak sempat melanjutkan omongannya, tiba-tiba dia drop lagi. Dan tak sadarkan diri.
Nina                : “Dok…. Dokter…. Dokter…..” (dengan nada panik dan tegang)
Dokter Arha    : “Apa yang terjadi??”
Nina                : “Saya gak tau dok, tiba-tiba saja Anni pingsan dan tak sadarkan diri”
Dokter Arha    : “Yah sudah, dokter Nina tolong tunggu di luar ruangan!!”
Karena dokter Nina tak tau apa-apa dengan penyakit Anni, maka iapun mengikuti perintah dokter Arha untuk menunggu di luar. Dokter Nina adalah dokter specialis gigi. Jadi untuk urusan penyakit dalam dia tidak tahu apa-apa.
 Di luar ruangan
Ibu Sitti              : “Ada apa dik??” (dengan paniknya menanyakan apa yg terjadi didalam)
Nina                   : “Anni drop lagi tante, tapi tante gak usah khawatir. Anni telah di tangani oleh dokter Arha.” (jawabnya menenangkan ibu Sitti)
Yuli                    : “Ada apa Nin..?? apa yang terjadi dengan Anni?”
Nina                   : “Anni drop lagi, tapi dia sudah di tangani oleh dokter Arha..”
Yuli                    : “Ouh, kalau begitu aku ke dalam dulu…”
Beberapa menit kemudian, dokter Arha keluar ruangan.
Nina dan Ibu Sitti          : “Bagaimana kondisi Anni dok??”
Dokter Arha                   : “Kondisi Anni sekarang benar-benar drop. Sampai detik ini Anni tak sadarkan diri.”
Nina                               : “Lalu tindakan apa yang akan dokter lakukan??”
Dokter Arha                   : “Kami akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Anni. Namun, semua kembali pada yang Maha Kuasa. Kami butuh bantuan doa dari kalian.” (Sambil berlalu meninggalkan Nina dan Ibu Sitti)
3 hari berlalu, namun Anni belum sadarkan diri. Dia masih terbaring koma di ruang ICU.
Dokter Sain                    : “Bagaimana perkembangan kondisi Anni saat ini??”
Dokter Arha                   : “Jika dilihat dari kondisi tubuh pasien saat ini semakin menurun. Itu di sebabkan oleh cairan racun yang keluar dari infeksi hati yang di derita pasien”
Dokter Sain                    : “Lalu tindakan apa yang akan kita lakukan saat ini?”
Dokter Arha                   : “Saat ini kita hanya menunggu keajaiban dari yang Kuasa. Sebab semakin hari kondisi pasien semakin menurun.”
“Dokter Arha telah menyerah dalam menangani Anni. Ia tak tau harus berbuat apa lagi untuk penyembuhan Anni, baginya dia telah berusaha semaksimal mungkin untuk keselamatan pasiennya.”
Diruang Dokter
Ibu Sitti                       : “Ada apa dokter Arha memanggil ku ke mari??”
Dokter Arha                 : “Saya ingin bicara mengenai kondisi Anni saat ini. Dilihat dari perkembangannya Anni mengalami drop yang semakin menurun. Kami dari tim medis telah menyerah dengan kondisi Anni saat ini. Satu-satunya harapan kami waktu itu hanyalah dengan jalan operasi. Namun, ibu telah menolak tawaran kami!!”
Ibu Sitti                        : (Hanya terdiam membisu dan pasrah pada kuasa ilahi) “Saat ini, saya sebagai orang tua Anni pasrah akan kehendak khaliq. Setidaknya, jika ia meninggal nanti. Tak ada kata penyesalan pada diri saya sebagai ibunya. Sebab, pesan teakhir Anni yaitu, ia tak ingin di operasi apapun yang terjadi.”
Dari perbincangan serius sore itu, tiba-tiba
Suster                            : “Dok… pasien yang koma di ruang ICU kondisinya semakin memburuk, sepertinya ia butuh penanganan intensif dok”
Dokter Arha                 : “Baik, saya akan segara keruang ICU”
Ternyata Allah lebih menyayangi Anni berada di sisinya. Tak ingin melihat Anni tersiksa lebih lama, ibunya pun mengikhlaskan kepergian Anni kembali kepangkuan Ilahi.
Pagi itu… di pemakaman Anni
Yuli                    : “Nin.. kamu tau kenapa aku memperkenalkanmu pada gadis cilik ini??”
Nina                : “Tidak..!!!”
Yuli                    : “Aku ingin kamu memiliki kebesaran hati seperti yang Anni miliki. Yang tak pernah mengeluh dengan kondisi dia seperti itu. Dia malah terus bersyukur dengan apa yang dia miliki semasa hidupnya.”
Mendengar omongan Yuli, hati Nina terasa di sayat-sayat dia kembali berfikir “Jika anak sekecil Anni sanggup melalui hidup dengan kondisi seperti itu. Mengapa aku tidak. Aku normal, aku masih memiliki ayah dan ibu. Walau mereka jarang berada di rumah, tetapi semua itu memiliki alasan.”
Kini Nina sadar, bahwa kesibukan ayah dan ibunya memiliki alasan. Itu semua ia lakukan untuk kepentingan Nina sendiri. Kedua orang tua Nina bekerja keras untuk membiayai hidup dan sekolah Nina. Yang mana pada saat ini Nina sedang mengambil S1 nya di jurusan kedokteran GIGI. Yang mana membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Sejak saat itu, Nina tak pernah mengeluh atas apa yang ia alami dalam kehidupannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik