Naskah Drama Kesehatan
by: InNa CH
Nama Tokoh
·
Nina
·
Yuli
·
Ibu Irma
·
Ibu Sitti
·
Anni
·
Dokter
Sain
·
Dokter
Arha
·
Suster
·
Bi Surni
Uang Tak Memiliki Arti
Banyak yang mengatakan bahwa kesehatan itu
sangat mahal harganya. Namun, tak banyak pula yang menyadari akan hal tersebut.
“Siang itu, Sepulang kuliah”
Nina :
“Aku pulang!!” (Teriak Nina sambil berlari masuk ke kamarnya)
Ibu Irma : (Dengan nada membujuk) “Kamu sudah
pulang??, langsung makan siang yah!! Mama udah nyiapin makan siang buat kamu.
Mama gak bisa nemenin kamu makan, soalnya mama harus balik ke kantor lagi.”
“Brum… brum…
suara mobil yang menandakan mama Nina telah pergi.”
Nina : (Masih dalam kamar, berdiam diri
sambil menggerutu dalam hati) “Selalu saja begitu. Tiap kali aku pulang, pasti
dia keluar. Apa tak ada waktu untuk aku, walau sejenak menemaniku makan siang?”
Terus menggerutu
dalam hati hingga akhirnya ia tak sadar dan tertidur lelap, dan lupa dengan
makan siangnya. “Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 16.35 Ibu Nina telah
pulang dari kantor.”
Ibu Irma : “Nina, Mama pulang… Nih mama, beliin
kamu makanan kesukaan mu. Mama simpan di atas meja makan yah sayang!!!”
Nina terbangun
dari tidurnya saat mendengar suara mamanya memanggilnya. Namun, saat tiba di
ruang makan, ia hanya menemukan kotak makan dengan selembar kertas yang berisi
tulisan “Mama pergi dulu yah nak, Beberapa hari kedepan mama sibuk. Jadi,
kemungkinan tidak pulang ke rumah.”
Sedikit
kecewa, Nina tak ingin memakan makanan yang telah dibelikan oleh Ibunya. Namun
perutnya tidak bisa di ajak kompromi dan akhirnya Nina pun memakan nasi kotak
yang telah dibelikan oleh ibunya.
“Kringgg….. Kringgg…. Kriinnggg………”
Suara telepon rumah Nina bordering, dengan ketergesaan Nina mengangkat telepon.
Nina : “Halo… selamat sore, dengan siapa disana??”
Yuli : “Ini aku Yuli, Nin... hm,
kamu lagi apa?”
Nina : “Oh, kamu YuL.. kenapa??
Tumben nelfon kesini?? Aku lagi makan nih..”
Yuli : “Tadi aku telepon ke HP
kamu, tapi gak aktif. Aku mau ajak kamu besok
ke suatu tempat.”
Nina : “Kemana??”
Yuli : “Ke rumah teman”
Nina : “Dimana?? Trus ngapain??”
Yuli : “Akh, kamu banyak nanya
deh. Intinya besok jam 10 pagi kamu udah harus siap nemenin aku. Okaayyy…!!!”
Nina : “Okkay.. tapi besok kamu
jemput aku yah.. mobil lagi dipakai sama mama tuh.”
Yuli : “Okay, besok pagi aku
jemput jam 10 teng. Gak boleh telat.”
Nina : “Siipp…!!!”
Keesokan
harinya, Yuli mengajak Nina ke rumah Anni. Anni seorang gadis mungil yang
mengidap penyakit hati. Dan ia telah di vonis oleh dokter bahwa hidupnya tak
lama lagi. Namun, ia tetap semangat dalam menjalani sisa hidupnya.
“Tok.. tok… tok…. Assalamu Alaikum… Anni… Anni”
Ibu Sitti : “Walaikum Salam. (sambil membuka
pintu) eh nak Yuli.. silahkan masuk nak.”
Yuli : “Ia makasih Tante, maaf pagi-pagi
udah ganggu. Saya mau bertemu dengan Anni tante”
Ibu Sitti : “Ouh, silahkan masuk nak…
Anninya ada di dalam kamar”
Yuli : “Iia tante, makasih”
“Menuju ke kamar Anni di lantai 2, Nina pun bertanya
siapa gerangan Anni pada Yuli”
Nina : “Eh.. kamu belum cerita.
Anni itu sapa?? Kamu kenal dimana dia??”
Yuli : “Nanti kamu akan tau
sendiri siapa dia. Yang jelas aku ajak kamu kesini itu punya tujuan. Dan
moga-moga ajah kamu bisa ngerti tujuan ku ajak kamu ketemu dengan Anni.”
Nina masih
bingung dengan ucapan Yuli, tapi ia tetap melangkahkan kakinya mengikuti Yuli
menuju kamar Anni.
Yuli :“Assalamu Alaikum Anni..”
(sambil merekahkan senyum manis diwajahnya)
Anni :“Walaikum Salam kak..”
(Terlihat kegembiraan di wajah mungilnya dengan kedatangan Yuli)
Yuli : “Duh.. Adik kakak lagi
ngapain nieh?? Hm, coba tebak kakak bawa apa buat kamu??”
Anni : “Lagi menggambar kak.. Hm,
apa kah gerangan yang kakak bawa untukku” (dengan wajah penasaran)
Yuli : (Dengan menyodorkan sebuah
bungkusan kecil yang berisi crayon untuk mewarnai, mengingat Anni sangat suka
menggambar. Maka, Yuli pun membelinya untuk Anni) “Nieh sayang kakak bawain
kamu pewarna untuk gambaran kamu, biar gambarnya makin bagus”
Anni : (Tampak pada wajah mungil
Anni kebahagiaan yang tak terhingga) “Wah.. Makasih yah kak!!”
“Setelah menerima pemberian dari Yuli,
Anni kemudian menanyakan siapa perempuan yang berdiri di belakangnya.”
Anni : “Kak Yuli,
dia siapa??” (sambil menunjuk kearah Nina)
Yuli : “Ouh, iya
kakak lupa. Kenalin ini temen kakak, namanya kak Nina”
Nina : “Halo sayang.. nama
kakak, Nina. Nama kamu siapa??” (Sambil mengulurkan tangan)
Anni : “Halo kak, aku Anni..
senang kenal dengan kakak” (membalas uluran tangan Nina)
Sedang asik
mengobrol dan bermain dengan Anni, tiba-tiba Ibu Anni menghampiri kamar Anni
dan berpamitan dengan Yuli, Nina dan anaknya Anni.
Ibu Sitti : “Sayang, mama berangkat kerja dulu
yah!!” (Tak lupa mendaratkan kecupan di kening Anni)
Anni : “Iia ma.. mama hati-hati yah
di jalan”
Ibu Sitti : “Dek, tante pamit dulu yah.”
(Tersenyum)
Yuli : “Iyaa tante, selamat
bekerja”
Ibu Sitti : “Ouh iiya, tante udah masakin
makan siang buat kalian, jadi kalian bisa makan siang bareng..!! yah udah tante
pergi yah.” (dan berlalu meninggalkan Anni, Yuli, dan Nina)
Yuli dan Nina : “Iiya Tante, makasih”
Selepas
kepergian ibu Anni, mereka bertiga melanjutkan bermain. Karena keasikan main,
Anni kelelahan dan jatuh pingsan. Namun Nina menyadari akan hal tersebut, maka
ia pun bergegas mengangkat Anni ke tempat tidur, karena panik Nina tak tau
harus berbuat apa. Dan berteriak memanggil Yuli.
Nina :
“Yuliiiiii…………..” (dengan nada panik)
Yuli : (Yuli yang sedang ke ruang
makan untuk mengambilkan Anni makanan berlari kearah kamar Anni dengan panik
karena teriakan Nina) “Ada apa Nin..??”
Nina : “Aku gak tau, tiba-tiba Anni
pingsan.. dan aku gak tau mesti ngapain”
Yuli : “Udah kamu jangan panik
gitu, sekarang kamu ke bawah ambilin aku air di gelas dan makanan yang udah aku
siapin buat Anni”
Tanpa mengucap sepatah katapun, Nina bergegas
menuju ruang makan, dan mengambil apa yang telah di minta oleh Yuli.
Nina : “Nieh Yul…” (sambil menyerahkan segala
kebutuhan Anni)
Yuli : “Kamu taruh diatas meja,
lalu tolong kamu ambilin aku obat yang ada didalam laci lemari Anni” (perintah
Yuli)
Nina : “Nieh obatnya”
(menyerahkan kotak obat) “Sebenarnya Anni sakit apa she?? Kenapa sampai
seperti ini??”
Yuli : “Udah, kamu jangan
panik, Anni gak apa-apa kok. Dia udah biasa seperti ini”
Setelah menyuntikkan obat peredah rasa sakit
kedalam infus Anni, akhirnya Anni pun tersadar dan tersenyum. Sambil melihat ke
arah Nina
Anni :
“Kakak kenapa??”
Nina :
(Dengan nada gemetar) “Kakak panik sayang..”
Anni : “Kakak gak usah panik, aku
gak apa-apa kok” (masih merekahkan senyum di wajah lugunya dan menggenggam
tangan Nina)
Nina : “Tapi kakak…”
Belum sempat Nina menyambung omongannya, Anni
memotong omongan Nina. Masih terus merekahkan senyum manis, Anni menenangkan
Nina.
Anni : “Kakak jangan panik seperti
itu, Anni gak apa-apa kok. Tadi cuman kecapean saja”
Yuli : “Udah, tadi kak Nina cuman
syok sayang. Soalnya baru pertama kali liat kamu seperti itu. Sekarang kamu
makan dulu baru minum obat setelah itu kamu istirahat yah!!”
Anni : “Iyaa kak..”
Nina : “Biar aku yang suapin yah
Yul…”
Yuli : “Yah udah…”
Setelah makan
dan meminum obat, Anni pun tertidur pulas.
Yuli : “Nin.. Kita ngobrol di
ruang tamu yuk!!”
Nina : “Okay..”
Yuli : “Anni mengidap penyakit
hati, dan dia telah di vonis oleh dokter tidak akan bertahan lama”
Nina : “Apa…??” (terkaget) “Anak
sekecil itu mengidap penyakit separah itu??”
Yuli : “Iiya, memang rasanya
sangat tidak adil. Namun itu kuasa Tuhan”
Nina : “Tapii….”
Yuli :“Tapi apa?? takdir Tuhan
tak ada yang bisa merubah. Kita hambanya hanya bisa menjalani dan melaluinya
saja.”
Nina : “Iiiya tapi, ini
benar-benar tidak adil buat Anni”
Yuli : “Dulu, aku juga
berpendapat sama dengan mu. Namun kembali lagi, semua kehendak Tuhan. Saat
pertama kali aku mengenal Anni, aku sungguh terharu bahkan meneteskan air mata
saat melihat kebesaran hati yang ia miliki. Iia tidak pernah menyalahkan
takdir, bahkan ia selalu bersyukur dengan apa yang dia miliki saat ini. Dan ibu
Sitti adalah seorang ibu yang berhati besar, iia terus berusaha untuk
membahagiakan Anni seorang diri, semenjak 6 tahun yang lalu ayah Anni meninggal
karena kecelakaan maka ibunya lah yang terus berusaha membesarkan Anni dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang.”
Nina : “Lalu sejak kapan Anni
mengidap penyakit itu??”
Yuli : “Enam bulan yang lalu..”
Nina : “Jadi sudah enam bulan,
Anni menahan rasa sakit seperti ini??”
Yuli : “Iya, dan hampir enam
bulan pula dia tidak pernah mengeluh sedikit pun. Begitupun dengan ibunya,
ibunya terus berusaha mencari uang untuk kesembuhan Anni.”
Nina : “Lalu, ketika ibunya keluar
rumah mencari nafkah. Siapa yang menemani Anni kalau kita tidak ada??”
Yuli : “Anni mempunyai pengasuh
bernama Bi Surni, tapi hari ini beliau tidak bisa datang karena ada urusan
keluarga. Makanya semalam ibu Sitti meminta tolong kepada ku untuk menjaga Anni
hari ini.”
Nina : “Lalu kamu mengenal mereka
darimana??”
Yuli : “Kamu ingat waktu kita
KOAS??”
Nina : “Iya…”
Yuli : “Salah satu pasien yang ku
tangani dulu bersama dokter Sain yaitu Anni. Hati saya tersentuh saat melihat
semangat hidup yang di miliki Anni saat itu. Dan kemudian aku pun memutuskan
untuk terus menangani Anni sebisa ku.”
Karena asik ngobrol, tak terasa waktu
menunjukkan pukul 17.00 ibu Sitti pulang dari tempat kerja.
Ibu Sitti :
“Assalamu alaikum…” (suara ibu Sitti dari luar rumah)
Yuli :
“Walaikum salam…”
Ibu Sitti : “Maaf yah, tante telat pulangnya.
Tante jadi gak enak ngerepotin kalian”
Yuli :
“Gak apa-apa kok tante, di rumah juga kami gak ada kegiatan.”
Nina : “Iya tante, kami gak merasa
kerepotan kok. Malah aku senang bisa bermain dengan Anni”
Ibu Sitti : “Makasih yah Dik.. tante jadi gak
tau mesti ngomong apa..” (sambil tersenyum) “O yah… tadi dokter Sain menelfon
tante, katanya besok Anni harus cek up ke rumah sakit.”
Yuli : “Ouh gitu yah tante?? Yah
sudah biar besok kami menemani tante ke rumah sakit. Karena kebetulan besok
kami mau ke rumah sakit juga menemui dokter Sain”
Nina : “Iya tante, biar kami temenin
ke rumah sakit.”
Ibu Sitti : “Terima kasih sebelumnya yah dik.
Tante gak tau mesti membalasnya seperti apa.”
Nina : “Kami senang kok tante bisa
ngebantu tante dan Anni. Lagian Anni sudah kami anggap sebagai adik kami
sendiri. Iya kan Yul..??”
Yuli : “Iya tante..”
Ibu Sitti : “Sekali lagi terima kasih yah dik”
Yuli : “Iya tante, kami juga
mengucapkan terima kasih. Udah ngizinin kami menjaga Anni hari ini. O yah, tadi
Anni sempat drop, tapi tante gak usah khawatir. Kami sudah memberinya obat, dan
sekarang Anni sedang tertidur pulas. Hm, kami juga ingin pamit pulang tante.
Udah sore.”
Nina : “Iya tante saya pamit pulang
dulu, dan titip salam buat Anni.”
Ibu Sitti : “hati-hati yah dek.”
Yuli dan Nina : “Iya tante, kami pamit dulu. Assalamu
alaikum”
Ibu Sitti : “Walaikum salam.”
Keesokan harinya. Di Rumah Sakit Bakti Bunda.
Nina dan Yuli menemui dokter Sain.
Nina :
“Selamat pagi Dok.”
Dokter Sain :
“Selamat pagi, silahkan duduk dokter Yuli”
Yuli :
“Terima kasih dokter”
Dokter Sain :
“Dokter Yuli.. Bagaimana perkembangan dari pasien Anni??”
Yuli : “Sampai detik ini,
perkembangannya lumayan membaik, karena semangat hidup yang dimiliki oleh Anni
keadaannya sudah mulai sedikit membaik. Namun, tak jarang dia juga mengalami
drop saat kecapean Dok.”
Dokter Sain : “Ouh seperti itu?? Penyakit yang di
alami oleh Anni, cukup parah. Dan dia membutuhkan penanganan yang maksimal.
Maka dari itu Anni butuh Dokter khusus untuk menangani penyakitnya. Dan saya
sudah mempercayai dokter Arha untuk menanganinya. Mungkin siang ini dokter Arha
akan tiba dari Jakarta.”
Tiba-tiba
seorang suster datang…
Suster : “Maaf Dok, pasien di kamar
Mawar mengalami drop yang cukup drastis. Dan butuh penanganan sekarang juga!!”
Dokter Sain : “Baik, kami akan segera kesana.. dan
tolong pasien di bawa ke ruang ICU sekarang juga!!”
Suster : “Baik dok.”
Yuli : “Dok, itu kan ruangan
dimana Anni di rawat.”
Dokter Sain : “Semoga tak terjadi apa-apa dengan
Anni.”
Sesampainya di ruang
ICU
Dokter Arha : “Selamat Siang dok.”
Dokter Sain : “Siang, sejak kapan kamu berada di
ruangan ini??”
Dokter Arha : “Baru saja dok, tadi waktu menuju ke
ruang dokter. Saya mendengar nama Anni saat anak ini di larikan ke ruang ICU
dan saya teringat dengan kata dokter, bahwa saya harus menangani pasien bernama
Anni. Makanya saya langsung menuju ke ruang ICU.”
Dokter Sain : “Okay, tindakan apa yang harus kita
lakukan sekarang Dokter Arha??”
Dokter Arha : “Seperti yang kemarin saya katakan Dok,
kita harus berani mengambil tindakan yang beresiko. Mau tidak mau kita harus
melakukan pencangkokan hati terhadap pasien, hanya itu satu-satunya jalan untuk
menolong pasien.”
Dokter Sain : “Lalu berapa persen kemungkinan
kesembuhan bagi pasien dengan pencangkokan hati??”
Dokter Arha : “Hanya 60% Dok.!!”
Dokter Sain : “Kalau begitu kita perlu persetujuan
dari keluarga pasien!!”
Di luar ruangan
Ibu Sitti tak berhenti mendoakan kesebuhan anaknya.
Nina : “Sabar yah Tante, saya yakin
Anni pasti bisa melawan rasa sakitnya. Anni adalah anak yang kuat dan tegar”
(Nina berusaha menenangkan ibu Sitti)
Ibu Sitti : “Saya tau itu dik, selama Anni
sakit. Tak sedikitpun keluhan yang ia lontarkan, meskipun tante tak pernah
selalu bisa menemaninya. Iia selalu mengerti dengan kondisi tante yang terlalu
sibuk mencari nafkah untuk kehidupan kami selanjutnya.” (Dengan linangan air
mata)
Tak lama kemudian dokter Arha keluar dari ruang
ICU untuk meminta persetujuan dari ibu Sitti akan kesediaannya untuk operasi
Anni. Namun ibu Sitti tak sanggup berkata apa-apa, dikarenakan. Anni pernah
berpesan padanya, apapun kejadiannya nanti. Ia tak ingin di operasi, baginya
itu hanya membuang-buang uang dan waktu saja. Toh bagaimanapun cepat atau
lambat kita akan kembali pada Sang Maha Pencipta.
Dokter Arha : “Maaf bu, kami dari tim medis ingin
meminta persetujuan dari ibu untuk tindakan operasi pada Anni.”
Ibu Sitti : “Tapi, Anni pernah berpesan kepada
saya dok. Kalau dia tak ingin di operasi.”
Dokter Arha : “Semua tergantung pada ibu. Kami hanya
mengupayakan kesembuhan dari Anni.”
Ibu Sitti : “Kalau pun di operasi, kemungkinan
kesembuhan untuk Anni brapa persen dok??”
Dokter Arha : “Kami akan mengusahan semaksimal mungkin
bu. Tapi jika di lihat dari kondisi Anni saat ini, kemungkinannya hanya 60%”
Ibu Sitti : “Apa saya bisa bertemu dengan Anni
dok??”
Dokter Arha : “Silahkan Bu.. Kami menunggu keputusan
ibu secepatnya!!”
Di dalam ruang
ICU
Anni : (melihat ibunya menangis)
“Mama kenapa nangis?? Aku baik-baik saja kok!!”
Ibu Sitti : “Iya nak, mama gak nangis kok.
Mama hanya terharu melihat perjuangan Anni melawan penyakit Anni saat ini.” (Menahan
air mata)
Anni : “Maa.. Anni bisa bertemu
dengan kak Yuli dan kak Nina??”
Ibu Sitti : “Iya sayang, tunggu sebentar yah.
Biar mama panggilkan kak Yuli dan kak Nina”
Tak lama
kemudian.
Yuli dan Nina : “Hey sayang.. gimana keadaan kamu
sekarang??” (Menahan air mata)
Anni : “Aku baik-baik saja kok kak.
Jangan ada yang sedih yah!!”
Nina : “Iyah sayang, kami gak sedih
kok. O yah.. kakak udah beliin kamu kanvas dan kuas untuk melukis. Jadi kamu
harus sembuh yah sayang. Biar nanti kita melukis sama-sama..” (tersenyum dengan
mata yang berkaca-kaca)
Anni : “Iya kak. Makasih.. kak, aku
mau ngomong sesuatu ke kakak.!!”
Nina : “Apa dik??”
Anni : “Kemarin kak Yuli bercerita
ke aku tentang kakak. Aku cuman mau bilang, bagaimanapun kesibukan Ibu kakak.
Kakak gak boleh marah atau membenci ibu kak Nina. Saya yakin ibu kak Nina punya
alasan mengapa seperti itu.”
Nina : “Iya sayang. Kakak janji
tidak akan marah atau membenci ibu kakak. Sesibuk apapun dia kakak yakin ibu
punya alasan dengan itu semua”
Anni tak sempat melanjutkan omongannya,
tiba-tiba dia drop lagi. Dan tak sadarkan diri.
Nina :
“Dok…. Dokter…. Dokter…..” (dengan nada panik dan tegang)
Dokter Arha : “Apa yang terjadi??”
Nina :
“Saya gak tau dok, tiba-tiba saja Anni pingsan dan tak sadarkan diri”
Dokter Arha :
“Yah sudah, dokter Nina tolong tunggu di luar ruangan!!”
Karena dokter Nina tak tau apa-apa dengan
penyakit Anni, maka iapun mengikuti perintah dokter Arha untuk menunggu di
luar. Dokter Nina adalah dokter specialis gigi. Jadi untuk urusan penyakit
dalam dia tidak tahu apa-apa.
Di luar
ruangan
Ibu Sitti : “Ada apa dik??” (dengan paniknya
menanyakan apa yg terjadi didalam)
Nina : “Anni drop lagi tante, tapi
tante gak usah khawatir. Anni telah di tangani oleh dokter Arha.” (jawabnya
menenangkan ibu Sitti)
Yuli : “Ada apa Nin..?? apa yang
terjadi dengan Anni?”
Nina : “Anni drop lagi, tapi dia
sudah di tangani oleh dokter Arha..”
Yuli : “Ouh, kalau begitu aku ke
dalam dulu…”
Beberapa menit
kemudian, dokter Arha keluar ruangan.
Nina dan Ibu
Sitti : “Bagaimana kondisi Anni dok??”
Dokter Arha : “Kondisi Anni sekarang
benar-benar drop. Sampai detik ini Anni tak sadarkan diri.”
Nina : “Lalu tindakan
apa yang akan dokter lakukan??”
Dokter Arha : “Kami akan melakukan yang
terbaik untuk kesembuhan Anni. Namun, semua kembali pada yang Maha Kuasa. Kami
butuh bantuan doa dari kalian.” (Sambil berlalu meninggalkan Nina dan Ibu
Sitti)
3 hari berlalu, namun Anni belum sadarkan diri.
Dia masih terbaring koma di ruang ICU.
Dokter Sain : “Bagaimana perkembangan
kondisi Anni saat ini??”
Dokter Arha : “Jika dilihat dari kondisi
tubuh pasien saat ini semakin menurun. Itu di sebabkan oleh cairan racun yang
keluar dari infeksi hati yang di derita pasien”
Dokter Sain : “Lalu tindakan apa yang
akan kita lakukan saat ini?”
Dokter Arha : “Saat ini kita hanya
menunggu keajaiban dari yang Kuasa. Sebab semakin hari kondisi pasien semakin
menurun.”
“Dokter Arha telah menyerah dalam menangani
Anni. Ia tak tau harus berbuat apa lagi untuk penyembuhan Anni, baginya dia telah
berusaha semaksimal mungkin untuk keselamatan pasiennya.”
Diruang Dokter
Ibu Sitti :
“Ada apa dokter Arha memanggil ku ke mari??”
Dokter Arha : “Saya ingin bicara mengenai
kondisi Anni saat ini. Dilihat dari perkembangannya Anni mengalami drop yang semakin
menurun. Kami dari tim medis telah menyerah dengan kondisi Anni saat ini.
Satu-satunya harapan kami waktu itu hanyalah dengan jalan operasi. Namun, ibu
telah menolak tawaran kami!!”
Ibu Sitti : (Hanya terdiam membisu
dan pasrah pada kuasa ilahi) “Saat ini, saya sebagai orang tua Anni pasrah akan
kehendak khaliq. Setidaknya, jika ia meninggal nanti. Tak ada kata penyesalan
pada diri saya sebagai ibunya. Sebab, pesan teakhir Anni yaitu, ia tak ingin di
operasi apapun yang terjadi.”
Dari
perbincangan serius sore itu, tiba-tiba
Suster : “Dok… pasien yang
koma di ruang ICU kondisinya semakin memburuk, sepertinya ia butuh penanganan
intensif dok”
Dokter Arha : “Baik, saya akan segara
keruang ICU”
Ternyata Allah lebih menyayangi Anni berada di
sisinya. Tak ingin melihat Anni tersiksa lebih lama, ibunya pun mengikhlaskan
kepergian Anni kembali kepangkuan Ilahi.
Pagi itu… di pemakaman Anni
Yuli : “Nin.. kamu tau kenapa aku
memperkenalkanmu pada gadis cilik ini??”
Nina :
“Tidak..!!!”
Yuli : “Aku ingin kamu memiliki
kebesaran hati seperti yang Anni miliki. Yang tak pernah mengeluh dengan
kondisi dia seperti itu. Dia malah terus bersyukur dengan apa yang dia miliki
semasa hidupnya.”
Mendengar omongan Yuli, hati Nina terasa di
sayat-sayat dia kembali berfikir “Jika anak sekecil Anni sanggup melalui hidup
dengan kondisi seperti itu. Mengapa aku tidak. Aku normal, aku masih memiliki
ayah dan ibu. Walau mereka jarang berada di rumah, tetapi semua itu memiliki
alasan.”
Kini Nina sadar, bahwa kesibukan ayah dan ibunya
memiliki alasan. Itu semua ia lakukan untuk kepentingan Nina sendiri. Kedua
orang tua Nina bekerja keras untuk membiayai hidup dan sekolah Nina. Yang mana
pada saat ini Nina sedang mengambil S1 nya di jurusan kedokteran GIGI. Yang
mana membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Sejak saat itu, Nina tak pernah
mengeluh atas apa yang ia alami dalam kehidupannya.
0 komentar:
Posting Komentar