Aku
mengenal organisasi ini ketika aku mulai menginjakkan kakku di kampus.
Berbeda dengan teman-temanku yang telah mengenalnya sejak mereka duduk
di bangku SMA, bahka SMP. Mungkin hanya namanya saja yang berbeda. Jika
organisasi mereka di tingkat SMA dan SMP dinamakan PMR (Palang Merah
Remaja), di tingkat kampus dinamakan KSR-PMI (Korps Sukarela-Palang
Merah Indonesia). Itulah organisasi yang kugeluti kini. Organisasi yang
bergerak di bidang kemanusiaan. Mencetak kader sukarelawan yang
menyediakan pelayanan kepalangmerahan dengan cepat dan tepat.
Aku
tertarik untuk bergabung dengan organisasi ini karena aku kagum dengan
ketulusannya membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Dulu,
ketika aku mengikuti OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) di kampus ini,
aku pernah pingsan dan ditolong oleh tim KSR-PMI. Mereka melayaniku
dengan ramah dan memotivasiku agar aku cepat pulih. Berawal dari situlah
kekagumanku muncul. Kemudian, ketika KSR-PMI membuka stand pendaftaran
perekrutan anggota baru, tanpa pikir panjang aku segera mendaftarkan
diriku pada hari pertama pendaftaran, di nomor urut satu.
Setelah
pendaftaran ditutup, dimulailah kegiatan diklat (pendidikan dan
pelatihan). Diklat ini dilaksanakan selama 6 hari, 3 hari diklat forum
dan 3 hari diklat lapangan. Diklat itu berfungsi untuk melatih para
calon anggota agar mereka cepat dan tanggap dalam memberika pertolongan,
selain itu juga untuk menguji kesetiaan para calon anggota. Tak heran
jika di dalamnya ada banyak perploncoan seperti dalm ospek, bahkan lebih
parah. Karena biasanya ospek hanya berlangsung selama 3 hari, sedangkan
diklat ini berlangsung selama 6 hari.
Diklat
memang benar-benar melelahkan. Dalam diklat forum, aku harus berjuang
melawan rasa kantukku di pagi hari dan berusaha membuka mataku
selebar-lebarnya untuk mengerjakan tugas di malam hari. Perjuangan tidak
terhenti hanya sampai disitu. Beberapa hari setelah diklat forum, aku
harus mengikuti diklat lapangan. Sesuai dengan namanya, diklat itu
dilaksanaka diluar kampus. Pada saat itu, semua peserta diklat
diwajibkan membawa peralatan dan barang-barang yang diminta panitia.
Bodohnya aku saat itu yang tidak membawa peralatan mandi dengn aladsan
tidak disuruh bawa oleh panitia.
“Kamu
tu sama kebutuhanmu aja gak tanggap, apalagi sama kebutuhan orang lain.
Gitu kok mau nolong….” Begitu bentak kakak senior kepadaku. Tak ada
toleransi bagiku untuk membeli alat-alat mandi karena daerah itu jauh
dari perumahan. Tak ada toleransi pula untuk meminjam milik teman.
Sehingga, 3 hari diklat lapangan itu aku harus mandi dengan pasir.
Bersabun pasir dan menggosok gigi dengan pasir, sesuai intruksi kakak
senior. Aku hamper tak kuasa melanjutkan dikat ini. Aku hamper putus
asa. Namu, tekadku untuk menjadi pejuang kemanusiaan menguatkan jiwa dan
ragaku menghadapi semuanya. 3 hari itupun berlangsung begitu cepat
dengan adanya keikhlasan.
Ternyata
perjuanganku tidaklah sia-sia. Di hari penutupan diklat, aku dinobatkan
sebagai peserta terbaik dan lolos menjadi anggota KSR-PMI tahun ini.
By: Lyliez
0 komentar:
Posting Komentar